Ia dilahirkan dalam lingkungan keluarga Hindu di Sri Lanka. Meskipun terlahir sebagai seorang Hindu, namun sebenarnya ia tidak pernah percaya pada agama ini sejak usia dini.
“Aku dulu memang ikut mempraktikkan beberapa ajaran dan adat-istiadat Hindu. Misalnya, tidak mengonsumsi daging sapi, juga tidak makan daging apa pun pada hari Jumat, dan lain-lainnya. Akan tetapi, semua kebiasaan tersebut mulai aku tinggalkan begitu memasuki usia remaja,” tuturnya kepada IfoundIslam.net.
Saat berumur 11 tahun, lelaki bernama Aran Jeyakumaran ini pindah ke Inggris menyusul orang tuanya. Sejak itulah, Aran semakin jarang mempraktikkan adat Hindu dalam kehidupan sehari-hari.
Enam tahun berikutnya, keluarganya kedatangan tamu seorang Kristen berdarah Prancis-Sri Lanka. Kala itu, sang tamu mengajak mereka untuk bergabung dalam iman Kristiani. Saat itu, Aran sempat berdebat dengan orang itu. Namun belakangan, ia akhirnya pergi ke juga Gereja Baptis. “Di sana, aku mengucapkan doa pengakuan dosa dan menjadi seorang Kristen.”
Pada saat yang sama, Aran dan keluarganya pindah rumah. Di hunian mereka yang baru ini, ada satu kamar yang disewakan kepada orang lain. Kebetulan, yang menempati kamar tersebut adalah seorang Muslim.
Sejak berkenalan dengannya, Aran dan si Muslim biasa berdebat tentang agama Kristen dan Islam. “Setiap kali kami berdebat, ia selalu menang dengan argumen-argumen yang jitu,” tutur Aran.
Beberapa waktu kemudian, lelaki itu akhirnya meninggalkan rumah Aran dan mencari tempat tinggal yang baru. Sejak kepergiannya, Aran terus merenungkan semua yang pernah mereka bahas tentang Islam.
Sementara, di batin Aran mulai timbul keraguan akan kebenaran ajaran Kristiani yang ia anut. “Aku merasa banyak sekali misteri yang tidak mampu dijawab oleh agama ini,” ujarnya.
***Setiap hari Ahad, Aran biasa berjalan-jalan di taman dekat rumahnya. Pada satu kesempatan, selepas berkeliling taman itu, ia mencoba bertanya kepada Tuhan. “Mengapa Engkau belum juga menjawab pertanyaanku?”
Kemudian pada Januari 1998, bertepatan dengan bulan Ramadhan, entah mengapa Aran berinisiatif mencari nomor kontak masjid melalui Yellow Pages (buku telepon—Red). Setelah berhasil mendapatkannya, ia segera menelepon masjid tersebut. Kebetulan yang mengangkatnya ketika itu adalah imam masjidnya sendiri.
Kepada sang imam, Aran mengungkapkan keinginannya menjadi seorang Muslim. Imam itu pun memintaknya untuk datang ke masjid. “Saat itu, matahari sudah terbenam. Setelah mandi air hangat, aku berangkat ke masjid tersebut. Di sana, aku mengucapkan syahadat di depan dua orang saksi,” kenangnya.
Apa yang ia rasakan sesudah itu? Aran sendiri tidak dapat menggambarkannya dengan kata-kata. “Pastinya, aku merasakan suasana batin terbaik sepanjang hidupku. Usai mengalami peristiwa penting itu, aku pulang ke rumah dan langsung tidur dengan nyenyak.”
Ketika bangun keesokan harinya, Aran menangis. Ia benar-benar mengharapkan kasih sayang Allah dan mengimpikan dirinya dapat meraih surga-Nya kelak. “Allah berfirman: Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya),” kata dia seraya mengutip Alquran surah al-Hijr ayat 41.
0 komentar:
Post a Comment