Sunday, 1 March 2015

Hutang Cinta Terhadap Anak


Kita selalu berhutang banyak cinta kepada anak-anak. Tidak jarang, kita memarahi mereka saat kita lelah. Kita membentak mereka padahal mereka belum benar-benar paham kesalahan yang mereka lakukan. Kita membuat mereka menangis karena kita ingin lebih dimengerti dan didengarkan.
Tetapi seburuk apapun kita memperlakukan mereka, segalak apapun kita kepada mereka, semarah apapun kita pernah membentak mereka… Mereka akan tetap mendatangi kita dengan senyum kecilnya, menghibur kita dengan tawa kecilnya, menggenggam tangan kita dengan tangan kecilnya… Seolah semuanya baik-baik saja, seolah tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya… Mereka selalu punya banyak cinta untuk kita, meski seringkali kita tak membalas cinta mereka dengan cukup.
Kita selalu berhutang banyak kebahagiaan untuk anak-anak kita. Kita bilang kita bekerja keras demi kebahagiaan mereka, tetapi kenyataannya merekalah yang justru membahagiakan kita dalam lelah di sisa waktu dan tenaga kita. Kita merasa bahwa kita bisa menghibur kesedihan mereka atau menghapus air mata dari pipi-pipi kecil mereka, tetapi sebenarnya kitalah yang selalu mereka bahagiakan… Merekalah yang selalu berhasil membuang kesedihan kita, melapangkan kepenatan kita, menghapus air mata kita.
Kita selalu berhutang banyak waktu tentang anak-anak kita. Dalam 24 jam, berapa lama waktu yang kita miliki untuk berbicara, mendengarkan, memeluk, mendekap, dan bermain dengan mereka? Dari waktu hidup kita bersama mereka, seberapa keras kita bekerja untuk menghadirkan kebahagiaan sesungguhnya di hari-hari mereka, melukis senyum sejati di wajah mungil mereka?
Tentang anak-anak, sesungguhnya merekalah yang selalu lebih dewasa dan bijaksana daripada kita. Merekalah yang selalu mengajari dan membimbing kita menjadi manusia yang lebih baik setiap harinya. Seburuk apapun kita sebagai orangtua, mereka selalu siap kapan saja untuk menjadi anak-anak terbaik yang pernah kita punya.
Kita selalu berhutang kepada anak-anak kita… Anak-anak yang setiap hari menjadi korban dari betapa buruknya cara kita mengelola emosi. Anak-anak yang terbakar residu ketidakbecusan kita saat mencoba menjadi manusia dewasa. Anak-anak yang menanggung konsekuensi dari nasib buruk yang setiap hari kita buat sendiri. Anak-anak yang barangkali masa depannya terkorbankan gara-gara kita tak bisa merancang masa depan kita sendiri.
… Tetapi mereka tetap tersenyum, mereka tetap memberi kita banyak cinta, mereka selalu mencoba membuat kita bahagia.
Maka dekaplah anak-anakmu, tataplah mata mereka dengan kasih sayang dan penyesalan, katakan kepada mereka, “Maafkan untuk hutang-hutang yang belum terbayarkan…
Sumber: visimuslim.com

Kisah Haji Nebeng (Kaji Nunut).

 Kaji nunut'. Mungkin Anda pernah mendengar kisah ini. Cerita Choiron Nasichin, yang menyusup ke pesawat haji untuk pergi ke Tanah Suci. Pria asal Jombang, Jawa Timur, itu tak punya uang untuk berhaji. Sehingga pada 1992, dia diam-diam nebeng pesawat rombongan haji yang berangkat dari Bandara Juanda.
'
Choiron memang sudah ngebet naik haji sejak awal 1990. Namun, dia tak punya uang untuk membayar ongkos haji yang kala itu berkisar Rp 6 juta. Segala upaya dia lakukan. Tak hanya diam berdoa saja, pria asal Kecamatan Sumobito itu bahkan rajin mengirim undian berhadiah dengan harapan bisa membayar ongkos naik haji. Bahkan dia mengaku pernah mengirim 900 kupon untuk sebuah undian.
Di kampungnya, Choiron memang sudah dipanggil haji oleh warga. Bukan karena sudah naik haji, gelar itu disematkan karena dia selalu memakai kopiah putih, yang diidentikkan dengan orang yang telah menunaikan rukun Islam ke lima itu. Sehingga itu pula yang membakar semangatnya.
Niatnya untuk naik haji semakin menggebu setelah mendapat hadiah lima gram emas dari undian yang diadakan produsen sampo. Tak berpikir panjang, dia langsung menguangkan emas itu. Uang Rp 70 ribu pun dia dapat. Dia sadar, uang itu masih jauh dari cukup untuk berhaji.
Namun dia tak pikir panjang. Uang itu sebagian langsung dia belanjakan untuk persiapan haji pada tahun 1992 itu. Sandal, pakaian ihram, dan alat lainnya. Uang undian itu tinggal Rp 49.950.Alhamdulillah... sang ibu memberinya tambahan bekal Rp 5 ribu saja.
Tetap saja, uang itu jauh dari cukup. Otak dia peras untuk menemukan cara bagaimana bisa sampai ke Tanah Suci dengan bekal Rp 54.950 itu. Sampailah dia pada pikiran untuk nunut alias nebeng. Seperti kebiasaannya waktu itu, yang selalu nebeng truk jika pergi ke mana-mana. Kala itu, dia siap dengan risiko diturunkan di tengah jalan jika diminta turun karena ketahuan.
Pamitlah dia kepada sang ibu, Siti Khoniah. Dia berpesan, apabila dalam dua hari tak balik ke rumah, berarti dirinya sudah sampai ke Tanah Suci untuk berhaji. Bismillah..... Choiron berangkat ke Surabaya dengan naik bus. Perjalanan dari terminal ke bandara ditempuh dengan bemo.
Pria yang kini usianya hampir setengah abad itu tiba di bandara siang hari. Namun, dia kecewa. Sebab waktu itu tak melihat tanda-tanda adanya rombongan haji yang akan berangkat. Sehingga, dia hanya termenung di lapangan udara yang terletak di wilayah Sidoarjo itu.
Beberapa saat kemudian, dia bisa merasa lega. Sebab, seseorang memberi tahu bahwa sekitar pukul 19.00 WIB akan ada rombongan haji yang terbang ke Arab Saudi. Matanya berbinar. Asa untuk naik haji kembali menyala.
Benar saja. Begitu matahari sudah tenggelam, rombongan haji Kloter IX terlihat riuh di pelataran bandara. Karena niat berhaji yang sudah sangat tebal, Choiton tak ragu bergabung dengan mereka. Bahkan dia mengaku sempat foto-foto bersama rombongan tamu Allah itu.
Lantas masuklah rombongan itu. Tapi Choiron tertinggal di luar. Karena memang tak punya dokumen apapun untuk pergi haji. Satu-satunya cara, masuk lewat pagar bandara. Dan pikiran tersebut benar-benar dia lakoni. Dia kemudian masuk ke pesawat yang terparkir. "Sambil wirid, saya jalan biasa saja. Tidak ada yang menegur sampai saya berada di atas pesawat," kata dia dalam sebuah wawancara.
Menyusuplah Choiron ke pesawat Garuda itu. Tak ada satu pun jamaah haji dan kru pesawat yang curiga. Karena sadar tengah nebeng, dia tak duduk di kursi penumpang. Dan memilih berdiam di atas kursi pramugari. Hingga seorang pramugasi menegurnya, mengapa duduk di kursi pramugasi.
"Saya jawab nggak apa-apa karena saya nunut," tutur dia. Pramugari itu hanya tersenyum karena mengira Choiron yang berkata jujur itu tengah bercanda. Choiron bahkan juga memperoleh makan dan minum seperti jamaah haji lainnya.
Tibalah saat itu. Seorang pramugari meminta dokumen perjalanan Choiron. Dan aksi 'penyusupan' itu akhirnya terbongkar. Seisi pesawat menjadi geger. Bagaimana bisa di pesawat ada penumpang gelap? Choiron dianggap sebagai orang gila.
"Waktu ketahuan jika saya tidak punya dokumen, ya saya bilagn terus terang, kalau saya ini memangnunut. Jadi ya ndak punya apa-apa. Jangankan dokumen yang tidak saya ketahui artinya. Uang saja saya nggak punya kok."
Beruntung, dalam pesawat itu ada orang yang mengenal Choiron. Mereka adalah Harto dan Yazid Abdullah yang memang satu desa dengan Choiron. Kedua orang inilah yang meyakinkan seisi pesawat, termasuk kru, bahwa Choiron bukanlah orang gila. Yazid membela Choiron dengan panjang lebar.
"Pak Yazid Abdullah itu guru madrasah saya. Beliau meyakinkan kalau saya bukan orang gila. Dia juga bilang, saya warga satu desa dengannya. Saya miskin, tapi berniat betul menjadi haji karena sudah lama dipanggil Pak Haji," ujar Choiron.
Karena penjelasan itu, Choiron malah mendapat simpati dari jamaah haji. Choiron bahkan diupayakan bisa mendapat paspor agar bisa naik haji dengan biaya ditanggung seluruh anggota Kloter IX itu. Namun sayang, upaya itu tidak berhasil dan Choiron harus pulang.
Di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Choiron sempat disembuyikan oleh pramugari di toilet pesawat agar tak diketahui pihak imigrasi Saudi. Pintu toilet dikunci dan diberi tulisan "rusak". Trik ini berhasil dan Choiron lolos dari razia.
Setelah itu, Choiron dipulangkan ke Tanah Air. Di sinilah pengalaman Choiron menjadi `raja` dimulai. Sebab, pesawat yang biasa mengangkut ratusan jamaah haji itu kini dia tumpangi sindirian. Film dan makanan, hemmm.... bisa dia nikmati sesukanya. Semua gratis!
"Jadi, meski saya ini di kampung miskin, tapi saya mampu carter pesawat khusus," ujar Choiron.
Ulah nebeng ini mendapat perhatian luas. Sejak itu dia dijuluki sebagai "kaji nunut" alias "haji nebeng". Lagi-lagi, julukan haji tersemat meski belum bisa menunaikan ibadah haji di Mekah.
Namun, sejak itu pula simpati berdatangan. Sejumlah pihak menawarinya untuk naik haji. Hingga akhirnya dia bisa benar-benar naik haji dengan bantuan Haji Tosim pada 1994.
Menariknya, Choiron kala itu tak sekedar berhaji. Dia bahkan sempat memasuki kawasan Istana Raja Fadh, yang merupakan kawasan tertutup bagi orang biasa. Dalam komplek istana itu pula ia sempat bertemu dengan rombongan pejabat dari Indonesia, termasuk menteri.
Choiron kembali naik haji pada 2005. Lagi-lagi gratis, karena dibiayai seorang pengusaha. Tapi, meski sudah dua kali menunaikan rukun Islam ke lima itu, Choiron tetap saja dijuluki "Kaji Nunut". (Dari berbagai sumber)

Wednesday, 25 February 2015

Allah Pasti Kabulkan 4 Permintaan ini

Allah Ta’ala Yang Mahakuasa tempat bergantung semua urusan. Dialah Rabb semesta alam, satu-satu-Nya Ilah yang wajib disembah, dan Malik-nya manusia.
Allah Ta’ala Maha Mengabulkan permintaan hamba-hamba-Nya. Ada yang disegerakan pengabulannya di dunia, atau diganti dengan sesuatu yang lebih baik, bisa juga ditangguhkan pengabulannya kelak di akhirat. Sebab, Dia Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya, Dia Maha Mengetahui apa yang dibutuhkan semua makhluk-Nya.
Ada hal-hal yang secara spesifik disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jika hal itu diminta, maka Allah Ta’ala pasti memberikannya.
Salah satunya sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan dimasukkan oleh Imam an-Nawawi dalam kitab hadits Arba’in.
Di dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Dzar al-Ghifari ini, ada empat hal yang jika diminta oleh seorang hamba, niscaya Allah Ta’ala akan mengabulkannya.

PETUNJUK

“Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua tersesat, kecuali orang yang Aku beri petunjuk.” Lanjut Allah Ta’ala, “Maka mintalah petunjuk itu kepada-Ku,” janji-Nya amat pasti, “Niscaya Kuberikan petunjuk itu kepadamu.”
Petunjuk ini hak prerogatif yang hanya dimiliki oleh Allah Ta’ala. Hanya Dia yang Kuasa untuk memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Bahkan, Nabi Muhammad yang kekasih-Nya saja, tak bisa berikan hidayah kepada orang yang dicintainya.

MAKANAN

Banyak orang yang salah memahami bahwa kebutuhannya dicukupi oleh ayah, ibu, pasangan hidup atau anggota keluarga bahkan orang lain. Padahal, semua manusia itu hanyalah perantara. Sebab Allahlah yang Mahakuasa untuk memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh hamba-Nya.
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian lapar, kecuali orang yang Aku beri makan. Maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku berikan makanan itu kepadamu.”

PAKAIAN

Bahkan pakaian-pakaian yang saat ini kita kenakan sekalipun, harus disadari bahwa itu merupakan pemberian Allah Ta’ala. Dialah yang anugerahkan karunia pakaian itu, sebab banyak orang gila yang memang tak merasa perlu berpakaian atau orang yang mengaku waras yang berpakaian tapi telanjang.
Hal ini ditegaskan oleh Allah Ta’ala dalam kelanjutan hadits di atas, “Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian orang-orang yang tidak berpakaian, kecuali orang yang telah Kuberikan pakaian. Maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku berikan pakaian itu padamu.”

AMPUNAN

Hampir setiap siang dan malam hari, manusia selalu melakukan dosa. Jika bukan karena ampunan-Nya, barangkali dosa itu sudah memenuhi ruangan antara langit dan bumi, bahkan lebih banyak lagi.
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian senantiasa berbuat dosa di malam dan siang hari sedang Aku akan mengampuni semua dosa.” Karenanya, “Mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni dosa kalian itu.”
Betapa mulianya apa yang terkandung di dalam hadits ini. Karenanya pula, Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Tidak ada hadits pada penduduk Syam yang lebih mulia dari hadits ini.”
Sebab kebanyakan ulama yang merawikan hadits ini adalah orang Dimsyiq (Damaskus). [Pirman]
AArtikel Kisah Hikmah [dot] com Di sebarluaskan ulang oleh Insan Media 
Salurkan Zakat Infaq Sedekah
di Yayasan ZIS Yatim Mandiri



Toko Buku & Majalah Online
“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim:2699)

Yayasan Pendidikan Al-Hidayah



"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Q.S. Al-Baqarah 2:261)

Komunitas bisnis Ustad Yusuf Mansur


The OC Gallery Shop



"Pedagang yang dapat dipercaya dan beramanat, akan bersama para Nabi, orang-orang yang dapat dipercaya dan orang-orang yang mati syahid." (Riwayat al-Hakim dan Tarmizi dengan sanad hasan)

Pengunjung

 

© 2013 Insan Media. All rights resevered. Designed by Media Insan

Back To Top